Kamis, 22 Januari 2009

PELAJARAN 1

KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA

(KSPL)

1. Proses terjadinya KSPL

Setiap suku atau bangsa mempunyai pengalaman yang menggembirakan ataupun pengalaman duka dalam hubungan dengan alam dan manusia. Dari pengalaman dengan alam, manusia mulai bertanya dan berpikir tentang asal usul alam ini. Mereka berpikir, mungkin bahwa semua isi alam tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi harus berasal dari Yang Maha Kuasa, yang kemudian mereka namakan Dewa, Allah, dan sebagainya.

Dari pengalamannya dengan sesama manusia, mereka berpikir tentang perang, kejahatan, dosa, dan sebagainya. Mereka mungkin berpikir bahwa kejahatan bukan berasal dari Yang Maha Kuasa, melainkan ada sesuatu yang lain, yakni si jahat atau setan.

Penemuan-penemuan itu dapat menjadi keyakinan yang sangat kuat bagi suku bangsa itu. Keyakinan tersebut kemudian mereka wariskan kepada anak cucu dalam bentuk cerita agar mudah dimengerti dan diingat.

Bagi bangsa Israel, hubungannya dengan alam dan manusia menjadi ajaran yang sangat lkuat. Ajaran dalam bentuk cerita itu berasal dari Allah. Sejalan dengan pikiran itu, ajaran tersebut harus dimengerti sebagai firman Allah, karena semua itu terjadi berkat ilham dan bimbingan Roh Allah. Jadi, bukan firman langsung dari Tuhan, melainkan firman Tuhan melalui pengalaman dan penemuan bangsa Israel berkat ilham dan bimbingan Roh Allah.

Seluruh KSPL adalah kitab iman – Kitab Iman bangsa Israel – bukan riwayat hidup dan sejarah dari seseorang atau bangsa Israel. Tokoh-tokoh dalam KSPL dapat saha tokoh sejarah dan memiliki latar belakang sejarah, tetapi dalam KSPL terutama dimuat imand ari bangsa terpilih itu.

KSPL sesungguhnya mengisahkan pra-sejarah, yakni kisah penciptaan sampai dengan Menara Babel (Kej 1-11) dan sejarah Israel mulai dari Abraham yang hidup sekitar tahun 2000/1800 SM sampai menjelang Yesus Kristus. Namun, sejarah yang ditulis dalam KSPL lebih merupakan sejarah iman. Maka untuk mengetahui proses terjadinya KSPL, dimulai dengan awal sejarah Israel yaitu sekitar tahun 1800 SM.

  • Antara tahun 1800-1600SM

Zaman Bapa-bapa bangsa (Abraham – Ishak – Yakub). Periode ini adalah awal sejarah bangsa Israel yang dimulai dari panggilan Abraham sampai dengan kisah tentang Yakub. Dalam tahun-tahun inilah Bapa-bapa bangsa hidup. Sebagian kisah mereka tersimpan dalam Kej 12-50. Kisah mereka kemudian diteruskan secara lisan, turun-temurun.

  • Antara tahun 1600-1225 SM

Kisah bangsa Israel mengungsi ke Mesir, perbudakan di Mesir, pembebasan dari Mesir sampai Perjanjian Sinai. Kisah-kisah tersebut juga masih disampaikan secara lisan. Mungkin sekali 10 perintah Allah dalam rumusan yang pendek sudah ditulis pada masa ini sebagai pedoman hidup.

  • Antara tahun 1225-1030 SM

Perebutan tanah Kanaan dan zaman yang diyakini sebagai Tanah Terjanji di bawah pimpinan Yosua dan kehidupan bansa Israel di tanah yang baru di bawah para tokoh yang diberi gelar Hakim. Hakim-hakim itu misalnya Debora, Simson, dan lain sebagainya. Di samping cerita pada masa ini, juga terdapat beberapa hukum.

  • Antara tahun 1030-930 SM

Periode raja-raja. Pada periode ini, bansa Israel memasuki tahap baru dalam kehidupannya. Mereka mulai menganut sistem kerajaan yang diawali dengan raja Saul, kemudian digantikan raja Daud, dan diteruskan Salomo putera Daud. Pada masa inilah bangsa Israel menjadi cukup terkenal dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Pada zaman raja Saul, Daud, dan Salomo, bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian Lama mulai ditulis. Misalnya, kisah penciptaan manusia, manusia jatuh dalam dosa dan akibatnya, bapa-bapa bangsa, kisah para raja, beberapa bagian mazmur, dan hukum-hukum.

  • Antara tahun 930-722 SM

Kerajaan Israel dan Yehuda. Sesudah Salomo wafat, kerajaan Israel terpecah menjadi dua, yaitu kerajaan Israel (kerajaan Utara) dan Yehuda (kerajaan Selatan). Kerajaan Utara hanya berlangsung sampai tahun 722 SM.

Pada periode ini ditulis lanjutan Kitab-kitab Suci Perjanjian Lama yang melengkapi cerita-cerita Kitab Taurat Musa serta beberapa tambahan hukum. Di samping itu, pada periode ini mulai muncul pewartaan para nabi seperti Elia dan Elisa, Hosea, Amos. Beberapa bagian pewartaan para nabi mulai ditulis. Pada masa ini, bberapa kumpulan hukum perjanjian mulai diterapkan dan ditulis. Kita dapat membacanya dalam Kitab Ulangan.

  • Antara tahun 722-587 SM

Sementara kerajaan Utara sudah jatuh, kerajaan Selatan masih berlangsung, dan berdiri kokoh, sampai pada tahun 587 SM mereka juga jatuh dan dibuang ke Babilon.

Pada masa ini beberapa tradisi tertulis tentang kisah bapa-bapa bangsa mulai disatukan. Demikian juga, pewartaan para nabi mulai ditulis dan sebagian diteruskan dalam bentuk lisan. Pada masa ini juga muncul kitab sejarah bangsa Israel, beberapa bagian dari Mazmur, dan Amsal.

  • Antara tahun 586-539 SM

Zaman pembuangan Babilon. Orang-orang Israel yang berasal dari kerajaan Yehuda hidup di pembuangan Babilon atau Babel selama kurang lebih 50 tahun.

Pada masa ini penulisan Kitab Sejarah dilanjutkan. Muncul pula tulisan yang kemudian kita kenal dengan Kitab Ratapan. Demikian pula halnya dengan nabi-nabi, pewartaan para nabi sebelum pembuangan ditulis pada zaman ini. Muncul juga para imam yang menuliskan hukum-hukum yang sekarang masuk dalam Kitab Imamat.

  • Antara tahun 538-200 SM

Sesudah pembuangan, bansa Israel diizinkan pulang kembali ke tanah airnya oleh raja Persia yang mengalahkan Kerajaan Babilon.

Pada masa ini kelima Kitab Musa telah diselesaikan. Juga kitab-kitab Sejarah Yosua, Hakim-hakim, I-II Samuel, dan raja-raja sudah selesai ditulis. Kitab-kitab para nabi pun sudah banyak yang diselesaikan. Dari ratusan nyanyian, akhirnya dipilih 150 mazmur yang kita terima hingga saat ini. Pada masa ini muncul juga beberapa tulisan Kebijaksanaan.

  • Dua abad terakhir

Pada masa ini ditulis kitab-kitab seperti: Daniel, Ester, Yudith, Tobit, I-II Makabe, Sirakh, dan Kebijaksanaan Salomo.

  • Kanon KS

Orang Yahudi menentukan sejumlah kitab sebagai Kitab Suci. Daftar kitab-kitab yang mereka terima sebagai Kitab Suci disebut KANON. Kitab-kitab yang terdapat dalam kanon disebut kitab kanonik. Orang Yahudi hanya menerima Kitab Suci aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani, sedangkan yang ditulis dalam bahasa Yunani tidak mereka terima. Jumlah Kitab Suci yang diterima sebanyak 39 kitab. Kitab yang diakui sebagai kanonik tersebut diakui resmi sebagai Kotab Suci dan dijadikan patokan atau norma imannya.

Kitab-kitab kanonik itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan ditambah dengan beberapa tulisan yang aslinya ditulis dalam bahasa Yunani. Terjemahan itu dinamakan Septuaginta (LXX). Dalam Septuaginta terdapat semua kitab kanonik orang Yahudi dan ditambah sejumlah kitab yang aslinya ditulis dalam bahasa Yunani, yang diterima Gereja Katolik (namun ditolak Gereja Protestan) sebagai Kitab Suci. Kitab-kitab itu adalah: Makabe, Sirakh, Kebijaksanaan, Yudith, Tobit, Barukh, Tambahan Kitab Daniel, Tambahan Kitab Ester, dan Surat Yeremia. Dengan demikian jumlah KSPL yang diterima Gereja Katolik berjumlah 46 kitab. Kitab Suci lengkap yang diakui Gereja Katolik tersebut disebut Deuterokanonika.

2. Bagian-bagian KSPL

Ada tiga model pengelompokan dalam KSPL, yaitu Kitab Sejarah, Kitab Kebijaksanaan, dan Kitab Nabi-nabi.

Berikut tabel pengelompokkannya:

No.

Kitab Sejarah

Kitab Kebijaksanaan

Kitab Nabi-nabi

1.

Kejadian

Ayub

Yesaya

2.

Keluaran

Mazmur

Yeremia

3.

Imamat

Imamat

Ratapan Yeremia

4.

Bilangan

Pengkotbah

Barukh

5.

Ulangan

Kidung Agung

Yehezkhiel

6.

Yosua

Kebijaksanaan

Daniel

7.

Hakim-hakim

Putera Sirakh

Hosea

8.

Rut

Yoel

9.

I Samuel

Amos

10.

II Samuel

Obaja

11.

I Raja-raja

Yunus

12.

II Raja-raja

Mikha

13.

I Tawarikh

Nahum

14.

II Tawarikh

Habakuk

15.

Ezra

Zefanya

16.

Nehemia

Hagai

17.

I Makabe

Zakaria

18.

II Makabe

Maleakhi

19.

Tobit

20.

Yudit

21.

Ester

Bag 1: Sepekan Memahami Sakramen


1

Hari Pertama:

Sakramen Itu Apa?

  1. Sakramen adalah Lambang atau Simbol

Keseharian kita selalu berhadapan dengan banyak benda atau perbuatan yang pada dasarnya memiliki makna dan arti yang jauh lebih dalam daripada benda atau tindakan itu sendiri. Misalnya, dengan warna-warni lampu di perempatan jalan, kita diatur untuk menggunakan sarana lalu lintas jalan. Ketika lampu merah, kita berhenti, dan mempersilahkan kendaraan dari jalur lain lewat. Ketika lampu berwarna hujau, kita berjalan, dan apabila lampu kuning menyala, kita mulai berhenti, atau hati-hati.

Contoh lain lagi. Ketika seorang teman menraktir makan minum di hari ulang tahunnya, itu bukan sekedar makan minum biasa. Lebih daripada itu, tindakan makan minum tersebut merupakan ungkapan syukur, rasa cinta, penghargaan, dan persahabatan.

Sakramen, dalam Gereja Katolik, dapat dianalogikan dengan tindakan simbolik demikian. Gereja memakai menggunakan sakramen-sakramen sebagai lambang dan ungkapan karya penyelamatan Allah.

Kata sakramen sendiri berasal dari bahasa Latin, sacramentum. Asal kata sacramentum berasal dari bahasa Yunani, symbolon. Baik sacramentum maupun symbolon memiliki pengertian yang sama, yaitu tanda atau lambang.

  1. Ungkapan Karya Tuhan yang Menyelamatkan

Pertama-tama harus dipahami adalah, Yesus Kristus merupakan sakramen. Mengapa? Seperti sudah dikatakan sebelumnya, sakramen berarti tanda. Nah, justru di dalam Yesus Kristus lah Allah yang tidak tampak (transenden) menjadi kelihatan (imanen), dan Ia ada di dalam sejarah kehidupan manusia. Dalam Diri Yesus Kristus, orang dapat melihat, mengenal, mengalami Diri Allah sendiri.

Setelah Yesus berkarya di dunia, Ia naik ke surga. Ia tidak kelihatan lagi di dunia. Akan tetapi, dalam iman kita, kita yakin bahwa ia tetap hadir secara rohani di tengah-tengah kita. Bagaiman cara ia tampak dalam kehidupan kita? Ia tampak melalui Gereja-Nya. Bukankah Gereja adalah tubuh-Nya sendiri?

Gereja kemudian menjadi alat dan sarana penyelamatan Allah, tempat Kristus tampak untuk menyelamatkan umat manusia.

Kristus, melalui Gereja, bertindak secara ajaib menyelamatkan dunia. Tindakan itulah yang disebut sakramen. Sakramen merupakan “tangan” Kristus yang menjamah, merangkul, dan menyembuhkan kita. Melalui manusia biasa (para imam), dan dengan tanda atau simbol, serta dengan kata-kata yang biasa, Kristus hadir dan berkarya di dalam umat-Nya.

  1. Sakramen Meningkatkan dan Menjamin Hidup Kristiani

Setiap budaya di segala tempat di dunia, pasti ada memiliki suatu perayaan yang menandai saat-saat penting kehidupan manusia. Ketika seorang anak manusia lahir, maka diadakanlah upacara syukuran (potong rambut, tusuk kuping, dsb.). Seorang pemuda atau pemudi yang akil balik jika mau digolongkan dewasa, harus melewati beberapa ujian dan ditunjukkan pada suatu upacara (Orang Nias terkenal dengan Loncat Batu-nya). Demikian juga ketika hendak membangun sebuah rumah tangga, ada upacara adat sebagai syarat. Berikutnya, masih ada banyak upacara lagi yang harus diikuti.

Lebih kurang sama, Sakramen juga menjadi tanda dalam saat-saat penting kehidupan seorang kristiani. Seseorang yang hendak masuk dalam lingkungan umat Allah pertama-tama ditandai dengan baptis. Kedewasaannya ditandai dengan krisma. Ketika ia memilih hidup bekeluarga ia menerima sakramen perkawinan, dan atau menjadi pelayan Allah secara khusus, ia menerima sakramen imamat. Sementara itu, ada tobat yang diterima sebagai rahmat pengampunan, ekaristi sebagai tanda kesatuan dan perminyakan orang sakit sebagai sarana penguatan dari Roh Kudus-Nya. Singkatnya, sakramen-sakramen adalah cara dan sarana Kristus untuk menjadi tampak, dan dengan demikian dapat dialami oleh manusia.

Sakramen-sakramen yang adalah tanda kehadiran Kristus itu tidak bekerja secara otomatis. Rahmat itu perlu ditanggapi oleh manusia sendiri. Tanggapan itu berupa sikap batin yang selalu mengimani-Nya, dan dengan demikian memiliki kehendak baik. Akan tetapi kehendak saja masih tidak cukup. Harus ada suatu tindakan nyata yang menunjukkan keberimanan dan kehendak yang baik.

Di dalam sakramen terjadi pertemuan antara Kristus dan manusia. Kristus yang berperan dalam upacara tersebut harus pula diimbangi dengan peran manusia (sikap iman). Kristus tidak akan menyelamatkan orang yang memang tidak mau diselamatkan atau yang tidak percaya.

Berikutnya kita akan masuk ke Sakramen satu per satu …

Selasa, 20 Januari 2009

Apa yang Kau cari


Apa yang kau cari?

Di antara detik …

Menit …

Jam …

Apa yang kau cari?

Bila hening dalam khayal …

Logika …

Konsep …

Apa yang kau cari?

Bila Dia datang …

Tak diundang …

Mencintai …

Yang harus kau cari:

Kebijaksanaan tak terbatas …

Mencintainya dengan sepenuh hati …

Melaksanakannya dalam hidup …

Sabtu, 17 Januari 2009

Cara memahami dan berteologi

Teologi: hak semua umat beriman?

Seyogyanya, berteologi bukanlah hak istimewa kaum hierarki saja. Pada prinsipnya, setiap anggota Gereja Katolik yang meyakini pewahyuan Allah, dapat berteologi. Asal saja, tetap berpegang dan tidak bertentangan dengan ajaran Gereja.

Bila itu hak semua umat beriman, apa kendalanya?

Bila membaca catatan sebelumnya maka sebagian orang akan dirasuki rasa takut yang teramat sangat. Timbul pernyataan, Wah, pernyataan intelektual, ilmiah, dan koheren itu sangat berat. Bagaimana mungkin saya dapat memahaminya? Akhirnya orang jatuh pada sikap pesimis, dan permisif, Ya, serahkan saja pada ahlinya …” Telunjuk kembali mengarah pada kaum hierarki.

Namun, bagi sebagian orang lagi yang tidak mau menyerah, maka mereka akan mempelajarinya dengan segala cara: entah itu membeli Katekismus Gereja Katolik, atau buku teologi lain, atau bertanya pada ahlinya; atau bahkan dapat mempelajarinya secara khusus di bangku kuliah.

Apalagi, kenyataannya teologi memang bukan makanan ringan.

Apa saja yang perlu diperdalam agar dapat berteologi?


Untuk itu, ada beberapa cabang teologi yang perlu diketahu dan diperdalam sebelum berteologi:

1. Pahami pengertian teologi katolik itu sendiri. Sebab, bagaimanapun, walaupun secara material teologi berbicara tentang iman, namun obyek formalnya berbeda-beda: ada teologi islam, yahudi, protestan, dan lain-lain.

2. Pemahaman itu tidak cukup. Masuklah dalam cabang-cabang teologi itu:

a. Teologi Dasar

Pengantar Teologi Wahyu: Teologi Wahyu, Teologi Iman dan Apologetika.

b. Tafsir Kitab Suci

Eksegese Perjanjian Lama, Eksegese Perjanjian Baru, Teologi Alkitabiah.

c. Teologi Dogma

Antropologi Teologis: Protologi dan Eskatologi, Soteriologi. Kristologi: Pneumatologi, Trinitas. Eklesiologi: Ekumene, Hubungan Antar Agama. Sakramentologi.

d. Teologi Praksis

Teologi Moral: Moral Dasar, Moral Khusus. Teologi Spiritual: Asketik, Mistik. Teologi Pastoral Liturgis. Teologi Kerigmatik: Homiletika, Kateketik.

Bagimanapun pembagiannya, jangan khawatir, karena teologi itu selain intelektual dan ilmiah, ia juga koheren. Jadi, selalu ada kesinambungannya dalam setiap bagian, sehingga banyak konsep akan berulang.

Teologi dan ilmu lain: Samakah antara teologi dengan empiric dan filsafat?

Pengertian teologi:

Istilah Teologi tidak hadir begitu saja dalam khazanah bahasa Indonesia. Teologi berasal dari dua kata Yunani, yaitu Theos dan logia, yang masing-masing berarti Allah dan ilmu. Teologi berarti ilmu tentang Allah.

Istilah teologi yang demikian begitu sederhana, bahkan membingungkan. Sekurang-kurangnya kita akan bertanya, bagaimana memulainya? atau, apa saja lingkupnya? atau, batasannya bagaimana? pertanyaan-pertanyaan itu, jika dijawab satu persatu maka hanya membentuk pengetahuan harian. Dengan demikian pengertian di atas jelas tidak dapat mencakup pengertian teologi, dan lebih spesifik dalam Gereja Katolik.

Teologi, walaupun berbicara tentang Allah, yang adikodrati (melebihi atau di atas kodrat) ia merupakan hasil kegiatan intelektual dan ilmiah manusia.Jika disebut hasil tindakan intelektual, maka ia merupakan produk dari sebuah kesadaran yang tahu dan mengetahui. Jika ia disebut metodis, maka seyogyanya ia adalah produk yang metodis, sistematis, dan saling berkaitan antara penjelasan satu dengan penjelasan yang lain.

Samakah teologi dengan ilmu pengetahuan empiric?

Bila dilihat dari konsep di atas, maka kita dapat menyebutkan bahwa antara teologi dan empirikologi (empiris berasal dari kata Yunani, empeiria = pengalaman) memiliki persamaan dan perbedaan: keduanya sama bila berbicara tentang tindakan intelektual dan ilmiah, yaitu tindakan inderawi dan logis. Keduanya berbeda justru pada obyek dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Empirikologi tidak sampai pada adikodrati. Ia mengabaikan hal-hal di luar logika dan fakta. Jadi, teologi melampaui pemahaman empirikologi.

Sejalankah teologi dengan filsafat?

Para filsuf tidak membatasi diri pada pengalaman faktual dalam mencari kebenaran. Itu mengindikasikan bahwa mereka melampaukan diri dari empirikolog. Para filsuf tidak hanya menggunakan pengalamannya, melainkan lebih jauh menggunakan pengetahuan yang mustahil ditemukan karena terletak di luar jangkauan pandangan insani.

Dalan hal ini teologi sejalan dengan filsafat. Namun, kedekatan itu bukan berarti sama. Teologi melampau filsafat! Bagaimanapun, filsafat masih merupakan ilmu kodrati, sedangkan teologi adalah ilmu adikodrati. Demikianlah, adikodrati hanya dapat diperoleh manusia jika Allah menyampaikan diri secara khusus kepada kita. Itulah yang disebut revelasi (pewahyuan).

Teologi melampaui empirikologi dan filsafat:

Jauh sebelum Gereja Katolik histories ada, adalah orang Yahudi, yang sama seperti bangsa lainnya mencari kebenaran dari pengalaman-pengalaman hariannya yang bersifat adikodrati. Kebenaran itu menjadi keyakinan karena berurat dan berakar sedemikian kuat karena pewartaan. Pewartaan itu diterima Gereja Katolik juga sebagai pewartaan Gereja katolik yang kokoh dalam suatu tradisi religius tertentu, yang disebut tradisi Yahudi-Kristiani. Seseorang menjadi anggota Gereja Katolik karena ia menanggapi keyakinan itu secara positif. Dan, keyakinan itu adalah iman.

Nah, Gereja tidak puas hanya sampai pada pengalaman-pengalaman harian yang adikodrati begitu saja. Gereja berupaya menjelaskan pengalaman harian itu secara ilmiah. Akan tetapi, pada kenyataannya, pengalaman harian Gereja jauh melampaui pengalaman kodrati. Oleh sebab itu, pengalaman harian mereka dirangkum dalam ilmu yang bukan empiric dan melampaui filsafat. Itulah ilmu iman, yang menerangkan secara intelekt, ilmiah, dan koheren (bertautan). Hanya dengan ilmu demikian maka pewahyuan Allah dapat dimengerti dan dipahami secara menyeluruh. Itulah teologi!

Kesimpulannya?

Jika diurutkan, maka dari ketiga ilmu itu, yang memiliki hasil terendah menurut cara memperoleh kebenarannya adalah empirikologi. Karena cara memperoleh kebenaran factual itulah, banyak ahli empirikologi jatuh pada ketidakpercayaan pada yang adikodrati. Filsafat berada di tengah-tengah. Ia mengatasi segala ilmu empiric, dan menjadi dasar bagi empirikologi. Filsafat disebut mater scientia (Ibu Ilmu Pengetahuan). Tempat teratas, dan jagoannya, adalah teologi sendiri. Wajar saja, teologi memang membahas Pencipta dari ilmu-ilmu tersebut.: P

Ketiganya memiliki persamaan, namun juga memiliki perbedaan yang mencolok. Dalam ruang gerak masing-masing, seyogyanya ketiga ilmu tersebut dapat saling mengisi.

Jumat, 16 Januari 2009

Angin Segar Bagi Katekis

Para pembaca budiman. Katekis berasal dari Kata "Katekese". Lebih mudahnya, saya mengartikan Katekese sebagai ajaran iman atau Pendidikan Iman (dalam tulisan ini, dan seluruh tulisan yang akan datang dalam blog anginsegarkatekis, yang dimaksud dengan Katekese adalah Ajaran Iman Katolik atau Pendidikan Iman Katolik).

Jika Katekese dimengerti sebagai Pendidikan Iman Katolik, maka Katekis adalah orang yang mengajar tentang ajaran iman atau pendidikan iman katolik. Tugas mereka tidak lain dan tidak bukan yakni mengajarkan secara gamblang seluas segala kenyataan perihal imanKatolik

Cakupan ajaran itu antara lain:
  1. Teologi
  2. Kristologi
  3. Mariologi
  4. Eklesiologi
Dalam blog ini, saya akan berupaya menjelaskan perihal ajaran iman katolik atas dasar tuntutan tugas karena pembaptisan katolik: menjadi nabi, imam, dan raja. Bagi saya, upaya ini merupakan angin segar. Sekurang-kurangnya, di tengah alam maya yang begitu luas dengan arus pengetahuan yang demikian deras, blog ini ikut menyumbangkan pemikiran dan pengetahuan. Ya ... tidak banyak orang memiliki perhatian dengan propaganda fidei ini.

Bagaimanapun, blog ini merupakan milik semua saja yang beritikad baik membagikan pengetahuan tentang iman katolik, agar banyak orang mengetahuinya, dan dengan demikian memahami, menilai secara obyektif, dan mencintai ajaran iman itu sendiri.


Mohon restu dari kaum hierarki...